Tulangan : Material Penyusun Beton bertulang
TEKNIK STRUKTUR BANGUNAN DENGAN KONSTRUKSI BETON
Material Penyusun Beton Bertulang
Tulangan
Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa
mengalami keretakan. Oleh karena itu, agar beton dapat bekerja dengan
baik dalam sistem struktur, beton perlu dibantu dengan memberinya
perkuatan penulangan yang berfungsi menahan gaya tarik. Penulangan
beton menggunakan bahan baja yang memiliki sifat teknis yang kuat
menahan gaya tarik. Baja beton yang digunakan dapat berupa batang baja
lonjoran atau kawat rangkai las (wire mesh) yang berupa batang-batang
baja yang dianyam dengan teknik pengelasan.
Baja beton dikodekan berurutan dengan: huruf BJ, TP dan TD,
− BJ berarti Baja
− TP berarti Tulangan Polos
− TD berarti Tulangan Deformasi (Ulir)
Angka yang terdapat pada kode tulangan menyatakan batas leleh
karakteristik yang dijamin. Baja beton BJTP 24 dipasok sebagai baja beton
polos, dan bentuk dari baja beton BJTD 40 adalah deform atau dipuntir
(Gambar).
Baja beton yang dipakai dalam bangunan harus memenuhi norma
persyaratan terhadap metode pengujian dan perneriksaan untuk bermacammacam
mutu baja beton menurut Tabel 7.1.
Gambar Jenis baja tulangan |
Sumber: Sagel dkk, 1994
Tabel Karakteristik baja tulangan |
Sumber: Sagel dkk, 1994
Jenis Mutu baja
Batas luluh
Mpa
(kg/cm2)
Kuat tarik
Mpa
(kg/cm2)
Regangan
pada beban
maksimum
Polos Bj.Tp 24 240
(2400)
390
(3900) 3 %
Deform Bj.Td 40 400
(4000)
500
(5000) 5 %
Secara umum berdasarkan SNI 03-2847-2002 tentang Tata cara
perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung, baja tulangan yang
digunakan harus tulangan ulir. Baja polos diperkenankan untuk tulangan
spiral atau tendon. Baja tulangan umumnya harus memenuhi persyaratan
yang berorientasi pada ASTM (American Society for Testing Materials)
yang diantaranya memenuhi salah satu ketentuan berikut:
− “Spesifikasi untuk batang baja billet ulir dan polos untuk penulangan
beton” (ASTM A615M).
− “Spesifikasi untuk batang baja axle ulir dan polos untuk penulangan
beton” (ASTM A617M).
− “Spesifikasi untuk baja ulir dan polos low-alloy untuk penulangan
beton” (ASTM A706M).
Sedangkan di Indonesia, produksi baja tulangan dan baja struktur telah
diatur sesuai dengan Standar Industri Indonesia (SII), antara lain adalah
SII 0136-80 dan SII 318-80.
Di samping mutu baja beton BJTP 24 dan BJTD 40 seperti yang
ditabelkan itu, mutu baja yang lain dapat juga spesial dipesan (misalnya
BJTP 30). Tetapi perlu juga diingat, bahwa waktu didapatnya lebih lama dan
harganya jauh lebih mahal. Guna menghindari kesalahan pada saat
pemasangan, lokasi penyimpanan baja yang spesial dipesan itu perlu
dipisahkan dari baja Bj.Tp 24 dan Bj.Td 40 yang umum dipakai.
Sifat-sifat fisik baja beton dapat ditentukan melalui pengujian tarik,
dengan diagram seperti pada gambar 10.4. Sifat fisik tersebut adalah:
− kuat tarik; (fy)
− batas luluh/leleh;
− regangan pada beban maksimal;
− modulus elastisitas (konstanta material), (Es)
Produk tulangan baja beton sangat bervariasi, untuk itu dalam
pelaksanaan di lapangan diberlakukan beberapa toleransi terhadap
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Beberapa toleransi terhadap
penyimpangan pada kondisi baja yang ada di lapangan disebutkan dalam
tabel berikut.
Tabel Penyimpangan yang diizinkan untuk panjang batang |
Sumber: Sagel dkk, 1994 Panjang Toleransi Di bawah 12 meter Minus 0 mm Plus 40 mm Mulai 12 meter ke atas Minus 0 mm Plus 50 mm
Tabel Penyimpangan atau toleransi yang diijinkan untuk massa teoretis per panjang |
Sumber: Sagel dkk, 1994 Diameter (mm) Toleransi (%) Kurang dari 10 mm 10 mm – 16 mm 16 mm – 28 mm Lebih dari 28 mm ± 7 % ± 6 % ± 5 % ± 4 %
Tabel Penyimpangan yang diizinkan untuk berat teoretis |
Sumber: Sagel dkk, 1994 Diameter (mm) Toleransi (%) Kurang dari 10 mm 10 mm – 16 mm 16 mm – 28 mm Lebih dari 28 mm ± 6 % ± 5 % ± 4 % ± 3 %
Tabel penyimpangan yang diizinkan dari diameter nominal |
Sumber: Sagel dkk, 1994 Diameter (mm) Toleransi (%) Penyimpangan kebundaran Sampai dengan 14 mm 16 mm – 25 mm 28 mm – 34 mm 36 mm – 50 mm ± 0,4 mm ± 0,5 mm ± 0,6 mm ± 0,8 mm Maksimum 70 % dari batas normal 1. lingkup pekerjaan dan peraturan bangunan 346
Gambar Diagram tegangan-regangan |
Sumber: Sagel dkk, 1994 0 – 1 1 – 2 2 – 3 3 – 4 4 – 5
0 - 1 Daerah elastis
1 - 2 Daerah di mana – (besar tegangan hampir tak berubah) – terjadi plastis
deformasi yang besar (meleleh)
2 - 3 Daerah, untuk memperbesar regangan dibutuhkan pertambahan
tegangan (daerah penguatan)
3 - 4 Daerah dimana regangan membesar sampai 15-20% tanpa memberi
pertambahan tegangan yang berarti
4 - 5 Terjadi penyempitan (konstraksi) – perubahan bentuk setempat yang
besar – dimana suatu penampang batang mengecil sedemikian sehingga
batang akan patah di tempat ini
Selengkapnya: TEKNIK STRUKTUR BANGUNAN